Sabtu, 13 Desember 2014

Belum Sore

Barangkali pukul tiga sore belum dapat untuk dipanggil senja. Senja yang berarti langit dan awan semburat berwarna jingga dengan goresan hitam. Meninabobokan matahari untuk sejenak rehat, walaupun tahu matahari tak pernah lelah untuk menjalani pekerjaannya. 

Barangkali pukul tiga sore matahari memberikan suhu yang paling nyaman. Melayang kokoh di serambi langit, menebarkan senyumnya yang terhangat. Hingga pada saatnya malam datang, dia mulai muram. Malas dia menuju ketiak cakrawala untuk mengakhiri hari ini. Meredup perlahan, terhalang awan dan beberapa bayangan burung yang pulang kembali ke peraduan. Semua nampak hitam. Matahari nampak semakin angkuh oleh takdirnya.
Barangkali pukul tiga sore adalah waktu dimana matahari sangat menyilaukan jalan. Mengatakan bahwa dia masih mampu menerangi. Kita manusia jangan dulu mempersilakan lampu kota, kata matahari mungkin. Setiap kepercayaan membutuhkan selang tempo untuk dituai.
Barangkali pukul tiga sore adalah aku diusia ini. Usia menuju senja bagi seorang perempuan yang menikmati kesendirian. Sosok perempuan yang selalu dininabobokan untuk mengalah walaupun aku belum mau menyerah. perempuan yang akan selalu angkuh pada takdir yang tidak mesti harus dilayani dengan angkat tangan. Perempuan yang masih mampu membuktikan diri. Aku perempuan yang tidak mau seperti matahari saja.
Kosan tanpa AC, 13 Desember 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar